Ada sebuah kisah ringan tentang dua orang manusia yang dimabuk asmara dalam dunia skeptis ini..sebut saja nama mereka berdua adalah Esteban dan Elora.. Sebuah pembicaraan singkat tentang kisah cinta mereka yang tragis, dimana kebudayaan, keyakinan, dan realitas menghadang mereka..
“Apa yang akan kita lakukan Elora?” tanya Esteban. ”Lanjutkan saja dan biarkan waktu yang merangkaikannya untuk kita.”jawab Elora. Dengan wajah yang masih penuh dengan rasa penasaran, Esteban kemudian bertanya sekali lagi,”apa kamu yakin?bagaimana dengan perbedaan budaya,keyakinan,dan penyanggahan orang tua kita?” Esteban bertanya. “Mereka punya pemikiran sendiri, begitu pula kita, apa yang kau risaukan duhai Estebanku tercinta?” jawabnya halus..”Bukan seperti itu cintaku, hanya saja semua terlihat begitu buram bagiku.” Sergah Esteban.
Sembari menyalakan sebatang rokok dan menengguk bir di mejanya, dia menatap dalam Elora sembari berkata, “kamu begitu gegabah.” ”Begitu naifnya dirimu duhai cintaku Elora,apa kau sadar dunia ini bukan hanya kau dan aku, tapi ada orang lain juga yang menghuninya.” Lanjutnya.” Belum lagi masih ada beribu bahkan berjuta pria lainnya yang mencari kesempatan untuk menikam diriku dan merebutmu dari sisiku.” Lanjutnya lagi tanpa memberi kesempatan bagi Elora untuk menjawab. Senyum satir pun muncul dalam raut wajah Elora sembari berkata, “ berarti kau tidak ada bedanya dengan mereka,para pria-pria yang haus akan tubuhku dan mengumbarkan hasratnya dengan menggunakan aku sebagai imajinasi seks mereka belaka.” “mereka makhluk-makhluk realis yang telah lupa pada adanya mimpi, dan kupikir kau berbeda.” Lanjut Elora dengan menghela nafasnya.
“Mengapa kau bisa berkata seperti itu?” tanya Esteban dengan muka keheranan. “Dulu kau pernah berjanji membangunkan aku istana dan mengajakku berjalan di bulan, meskipun ku tahu itu tak mungkin, tapi telah kutitipkan impianku bersamamu.”jawab Elora. “Kita adalah dua orang yang sedang dimabuk cinta, mengapa butuh logika untuk menjelaskannya?”tanya Elora. “Tetapi kita hidup di dunia dimana nilai dari semuanya harus nyata, dunia dimana hitam harus menjadi hitam dan putih harus tetap menjadi putih.” Jawab Esteban. “Esteban,cintaku, belahan jiwaku, aku dan kamu pun sadar kita adalah korban dari dunia yang pragmatis ini dan kamu telah lupa bahwa semua ini hanyalah persinggahan sementara bagi kita.” Elora membantah. ” Aku hanyalah pemimpi dan kau boleh anggap aku naif, tetapi ijinkan aku menikmati sedikit waktu ini bersamamu, untuk sebentar saja beristirahat dari dunia nyata ini.” ujar Elora sembari menutup matanya dan menutup pembicaraan ini.